ETIKA
PENDIDIK DALAM ISLAM
Dr.H.Dedeng
Rosyidin,M.Ag
A.
Etika
Pendidik dalam Alquran dan al-hadits
Alquran
menunjukan agar orang yang berilmu mendidik dan mengajarkan ilmunya dengan
sifat; tidak takabur karena hanya Allah yang pantas dibesarkan, berpakaian yang
bersih dan rapih, menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak baik, tidak
mengharapkan hanya dunia semata, dan bersifat sabar.
·
Pendidik harus merendah pada perserta
didik, bersifat lembut tidak bersifat kasar dan kejam
·
Kekejian dan kekejaman yang dilakukan
pendidik akan berdampak lahirnya adzab, la’nat dan kemarahan Allah
·
Dengan kelembutan pendidik tidak akan
muncul sesuatu kecuali hiasan yang menghias keindahan dirinya, dan tidak akan
hilang kecuali menghilangkan keaibannya
·
Pendidik boleh mengambil ujrah dengan tidak
menghilangkan niat besar mulia beribadah lewat menyebarkan ilmu.
B.
Etika
Pendidik dalam pandangan ahli pendidikan muslim
Untuk
menyempurnakan syarat-syarat itu para ahli pendidikan Islam berpendapat bahwa
pendidik harus memiliki sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat pendidik ini dapat
disederhanakan sebagai berikut:
·
Kasih sayang kepada anak didik;
·
Lemah lembut;
·
Rendah hati;
·
Menghormati ilmu yang bukan pegangannya;
·
Adil;
·
Menyenangi jihad;
·
Konsekuen, perkataan sesuai dengan
perbuatan; dan
·
Sederhana1.
Al-Ghazali
memaparkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, yaitu:
·
Kasih sayang, seperti kepada anak
sendiri;
·
Tidak mengharapkan materi, tetapi
mengharap ridha Allah dan taqarrub kepada-Nya;
·
Tidak berhenti menasihati murid,
sekalipun hak yang kecil;
·
Kontrol sosial bagi murid dengan cara
lemah lembut;
·
Tidak merendahkan ilmu dan orangnya;
·
Memberikan materi sesuai dengan
kemampuan akal peserta didik;
·
Memotivasi peserta didik yang
berkemampuan rendah; dan
·
Berindak sesuai dengan ilmunya2
Sedangkan
menurut al-Abrasyi pendidik harus memiliki sifat-sifat:
·
Abawi-yah (kebapakan);
·
Komunikatif;
·
Memberi materi sesuai dengan kemampuan
akal peserta didik;
·
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
nasyarakat;
·
Suri teladan dalam keadilan, kesetiaan
dan kesempurnaan;
·
Ikhlas;
·
berwawasan luas;
·
Selalu mengkaji ilmu;
·
Mengajar dan mengelola kelas dengan
baik;
·
Memperbanyak ilmu dengan ruh ilmu-ilmu
baru;
·
Komitmen tinggi;
·
Sehat; dan
·
berkepribadian kuat3
Menurut
al-Nahlawi, agar pengajar dewasa ini
dapat menjalankan tugasnya seperti yang diembankan Allah kepada para
Rasul dan pengikut mereka, maka guru harus memiliki sifat-sifat:
·
Rabbani dalam menentukan tujuan, tingkah
laku, dan pola pikir;
·
Ikhlas;
·
Sabar;
·
Jujur dalam menyampaikan apa yang diserukan-nya;
·
Membekali diri dengan ilmu;
·
Menguasai metode-metode mengajar yang
bervariasi;
·
Mampu mengelola siswa;
·
Mengetahui psikis siswa;
·
Tanggap terhadap berbagai kondisi dan
perkembangan dunia; dan
·
Bersikap adil4.
Dari
penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, sifat atau etika pendidik
terbagi tiga macam:
Pertama,
sifat yang terkait dengan dirinya sendiri. Pendidik dalam bagian ini paling
tidak memiliki dua sifat, yaitu:
·
Sifat-sifat keagamaan (diniyah) yang
baik, meliputi patut dan tunduk terhadap syariat Allah dalam bentuk ucapan dan tindakan;
dan
·
Sifat-sifat akhlak yang mulia
(akhla-qiyah), seperti menghias diri (tahalli) dengan memeliharanya, khusyu’, rendah hati, menerima apa adanya,
zuhud, memiliki daya dan hasrat yang kuat dalam ilmunya.
Kedua,
sifat terhadap peserta didiknya. Pendidik dalam bagian ini paling tidak memiliki
tiga sifat, yaitu:
·
Sifat-sifat sopan santun (adabiyah),
yang terkait dengan akhlak yang mulia seperti di atas;
·
Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan
menyelamatkan (muhniyah); dan
·
Sifat kebapakan (abawiyah), dan yang
terpenting sifat kasih sayang.
Ketiga,
sifat dalam proses belajar-mengajar. Pendidik dalam bagian ini paling tidak mempunyai
dua sifat, yaitu:
·
Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan dan
menyelamatkan (muhniyah); dan
·
Sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar
yang menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa bosan.
Ket: 1Tafsir, Ilmu Pendidikan, hal 84.
2Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum, Hal 55-59
3Al-Abrasyi,Ruh al-Tarbiyat’, hal. 207-225 dan
Al-Abrasyi, al-Tarbiyat’ al-Islamiyat’, hal.303
4Al-Nahlawi, Usul al-Tarbiyat’, hal. 171-176
4Al-Nahlawi, Usul al-Tarbiyat’, hal. 171-176
Tidak ada komentar:
Posting Komentar